Friday, February 22, 2008
NYANYIAN SEORANG ABANG
Kisah nyata ini terjadi di sebuah hospital di Tennessee, Amerika Syarikat. Seorang ibu muda yang bernama Karen sedang mengandung bayinya yang kedua.
Sebagaimana layaknya seorang ibu lainnya, Karen menceritakan kepada Michael (anak pertamanya yang baru berusia 3 tahun) bahawa ia akan mempunyai seorang adik.
Michael merasa senang sekali. Sering kali ia menempelkan telinganya ada perut ibunya itu. Kerana Michael suka bernaynyi, ia sering bernyanyi untuk adiknya yang masih ada di dalam perut ibunya itu. Tampaknya Michael sangat mengasihi adiknya yang belum lahir tersebut.
Pada suatu ketika, tibalah saatnya bagi Karen untuk melahirkan. Tetapi sangat di luar dugaan, terjadi komplikasi yang sangat serius.
Setelah berjuang selama berjam-jam, akhirnya adik Michael pun lahir. Seorang bayi perempuan yang cantik, tetapi sayang kondisinya begitu buruk sehingga doktor yang merawatnya dengan sedih berterus terang kepada Karen, “Bersiaplah secara mental, jika terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan.”
Karen dan suaminya berusaha menerima keadaan itu dengan sabar. Mereka hanya pasrah kepada Tuhan. Mereka bahkan sudah menyiapkan acara penguburan untuk puterinya, bila ia dipanggil Tuhan.
Tetapi. Lain halnya dengan abangnya, Michael. Sejak adiknya dirawat di ICU ia menangis terus. “Mami,… aku ingin menyanyi untuk adik kecil!”
Ibunya ternyata kurang tanggap. “Mami,… aku ingin menyanyi untuk adik kecil!” Karen terlalu larut dalam kesedihan dan kekuatirannya. “Mami,… aku ingin menyanyi untuk adik kecil!” Hal ini berkali-kali diminta oleh Michael, bahkan sambil menangis meraung-raung.
Karen tetap menganggap tangisan Michael adalah tangisan biasa dari seorang anak kecil. Lagipun ICU adalah kawasan larangan bagi kanak-kanak. Barulah ketika harapannya menipis, sang ibu mahu mendengarkan permohonan Michael.
Baik, setidaknya biar Michael dapat melihat adiknya untuk yang terakhir kalinya selagi adiknya masih hidup! Fikirnya. Lalu, ia dicegat oleh jururawat di depan pintu ICU. Anak kecil dilarang masuk! Karen menjadi ragu-ragu. Tetapi, jururawat tadi tidak mahu tahu; ini peraturan! Anak kecil dilarang masuk!
Karen menatap tajam jururawat itu, lalu katanya; Nurse, sebelum menyanyi buat adiknya, Michael tidak akan kubawa pergi! Mungkin ini adalah saat terakhir kali bagi Michael untuk melihat adiknya!” Jururawat itu terdiam, lalu menatap Michael dan berkata, “Bailah. Tetapi tidak boleh lebih dari lima minit.”
Demikianlah kemudian Michael dipakaikan pakaian khas lalu dibawa masuk ke dalam ruang ICU. Ia didekatkan pada adiknya yang sedang tergolek menanti sang maut.
Michael merapati adiknya… lalu dari mulutnya yang kecil dan mungil keluarlah suara nyanyian yang nyaring, “Kau adalah matahariku, satu-satunya matahariku, kau membuatku bahagia saat langit kelabu…” Tiba-tiba terjadilah hal yang ajaib! Si adik langsung memberi tindakbalas. Seoalah-olah ia sedar akan sapaan sayang dari abangnya. “Kau tidak pernah tahu, sayang, betapa aku mengasihimu. Tolong jangan bawa matahariku pergi.”
Denyut nadi si adik menjadi lebih teratur. Karen dengan terharu melihat hal tersebut, ia menatap tajam dan berbisik,” Terus… terus Michael! Terukan sayang!”….
“Pada malam hari, sayang, saat aku tertidur, aku bermimpi, aku menggendongmu di tanganku…” dan sang adik pun meregang, seolah menghela nafas panjang. Nafasnya lalu menjadi teratur. “Aku selalu mengasihimu dan membuatmu bahagia, hanya jika kau tinggal bersamaku…” Sang adik kelihatan begitu tenang… sangat tenang.
“Lagi sayang!” pujuk ibunya sambil mencucurkan air matanya. Michael terus bernyanyi dan… adiknya kelihatan semakin tenang, rileks dan damai… lalu tertidur lelap. Jururawat, yang tadinya melarang Michael untuk masuk, kini ikut terisak-isak menyaksikan apa yang terjadi atas diri adik Michael. Suatu kejadian yang baru saja ia saksikan sendiri.
Hari berikutnya, bayi itu sudah boleh dibenarkan pulang. Semua doktor puas berfikir mengenai kejadian yang berlaku ke atas pesakit mereka ini.
Mereka hanya boleh menyebut hal itu sebagai sebuah terapi yang ajaib. Sedangkan Karen dan suaminya melihatnya sebagai sebuah mukjizat Tuhan yang luar biasa. Sungguh amat luar biasa! Tidak boleh diungkapkan dengan kata-kata.
Bagi sang adik, kehadiran Michael bererti soal hidup dan mati. Memang benar bahawa mukjizat Tuhanlah yang telah menolongnya. Dan, haruslah diingat bahawa mukjizat Tuhan juga memerlukan mulut kecil Michael untuk mengatakan “Betapa aku mengasihimu”.
Mukjizat Tuhan juga memerlukan hati yang tulus dari seorang anak kecil seperti Michael untuk memberi kehidupan. Itulah kehendak Tuhan. Tidak ada yang mustahil bagi-Nya bila Ia menghendaki sesuatu terjadi. Nyanyian yang tulus akan mendatangkan mukjizat.
Barangsiapa mengasihi saudaranya, ia tetap berada di dalam terang, dan di dalam dia tidak ada penyesatan (1Yohanes 2:10)
KESAKSIAN MENOLONG BANYAK ORANG
Seorang gadis kecil berdiri di pinggir keramaian, sementara ayahnya sedang memberi kesaksian tentang hal yang telah diperbuat oleh Tuhan Yesus di dalam hidupnya.
Ayahnya sedang bersaksi mengenai bagaimana Tuhan Yesus telah menyelamatkan dan mengubah gaya hidupnya dari seorang pemabuk.
Pada hari itu, ada seorang yang sini berdiri di antara orang ramai tersebut. Orang tersebut tidak senang mendengar segala sesuatu tentang kerohanian. Dan, ia lalu berteriak, “Kenapa anda tidak duduk dan diam saja, orang tua. Anda hanya bermimpi.”
Tidak lama kemudian, orang yang skeptis ini merasakan adanya tarikan pada lengan jaketnya. Dia menoleh ke bawah dan melihat ada seorang anak gadis kecil. Anak itu menatapnya dnegna tajam dan berkata, “Tuan, yang anda teriyaki itu adalah ayah saya. Anda katakana bahawa ayahku seorang pemimpi? BIar aku ceritakan kepadamu tentang ayahku.”
“Ayahku dahulu adalah seorang pemabuk dan hampir setiap malam ia memukuli ibuku. Bila hal tersebut terjadi, ibu hanya dapat menangis sepanjang malam. Dan Tuan, kami juga tidak memiliki pakaian-pakaian yang bagus untuk dipakai, kerana ayahku membelanjakan seluruh wangnya untuk arak. Kadang-kadang, aku bahkan tidak memiliki kasut untuk dipakai ke sekolah. Tetapi, lihatlah kasut dan baju ini! Ayahku membelikannya untukku kerana ia telah mempunyai pekerjaan yagn baik sekarang!”
Dan sambil menunjukkan ke suatu arah, si gadis kecil berkata, “Apakah anda melihat wanita yagn sedang tersenyum di sana? Itu adalah ibuku. Dia tidak menangis lagi sepanjang malam. Sekarang dia bernaynyi sepanjang hari.”
Lalu, terjadilah suatu pukulan yang hebat ketiak anak itu berkata, “Yesus telah mengubah perilaku hidup ayahku. Yesus telah mengubah rumah kami. Jadi Tuan, jika ayahku sedang bermimpi, tolong jangan bangunkan dia!”
Steven J. Lawson.
Dan orang yang melihat hal itu sendiri yang memberikan kesaksian ini dan kesaksiannya benar, dan ia tahu, bahwa ia mengatakan kebenaran, supaya kamu juga percaya. (Yohanes 19:35)
PERAHU
Aku duduk sambil menikmati senja dalam perahu keselamatanku yang sedang berlabuh. Aku melihat Yesus di ruang kemudi, menatapku, dan berkata: “Lepaskan tambatan perahumu dan biakan Aku membawamu ke seberang. Bukanlah rencana-Ku, agar kamu tetap berlabuh di sini.”
Dengan takut, gelisah dan khuatir, aku menjawap-Nya,” Tuhan, bukankah lebih baik aku tetap di sini maka aku tidak akan melihat taufan, badai dan angina rebut. malah, aku dapat kembali ke darat bila-bila masa yang ku inginkan.”
Dengan lembut Tuhan Yesus memegang tanganku, menatap mataku dan berkata, “Memang di sini kamu tidak akan dapat mengalami taufan, badai dan angin rebut. Tetapi, kamu juga tidak akan pernah melihat Aku mengatasi semua hal itu. Kamu tiadak akan melihat bahawa Aku berkuasa atas semuanya itu kerana Akulah Tuhan.”
Dengan pelbagai perasaan yang berat bermain di minda, aku memandang tali pengikat perahuku. Di tali itu aku melihat ada rasa kuatir akan kewangan, pekerjaan, pasangan hidup, dan banyak kekuatiran lainnya.
Di dalam hati aku bertanya, “Tahukah Ia mengenai apa yang aku inginkan? Mengertikah Ia mengenai apa yang aku rindukan dan dambakan?”
Yesus memelukku dan berbisik lembut, “Memang tidak semuanya akan sesuai dengan apa yang kamu inginkan, rindukan, dan dambakan. Bahkan, mungkin kamu akan mendapat hal yang sebaliknya, tetapi mahukah kamu percaya. Rancangan-Ku adalah rancangan damai sejahtera, masa depanmu bersamaKu akan menjadi masa depan yang penuh harapan.”
Ia memelukku dan menangis bersamaku, dan dengan berat aku melepaskan tali perahuku. Aku melepaskan semua rasa kegelisahan tersebut dari hatiku. Aku meletakkan hak atas masa depanku di tangan-Nya. Aku tidak tahu bagaimana masa depanku. Sambil menangis aku menatap-Nya dan berkata, “Jadilah Nakhoda dalam perahuku dan marilah kita belayar.”
Teman, serahkanlah seluruh hak atas masa depanmu ke dalam tangan-Nya. Kau tidak perlu tahu bagaimana Ia akan merancang semuanya itu, tetapi cukuplah dengan satu keyakinan akan firman Tuhan di dalam Yeremia 29:11
Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, iaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu pada hari depan yang penuh harapan (Yeremia 29:11)
Subscribe to:
Posts (Atom)